Nyatanya

Sedihnya, sampai saat ini diri masih jauh dari rasa percaya diri. Lihat orang lain bisa ini, "Wuaah!". Lihat orang lain bisa itu, "Wuaah!". Lihat orang lain bisa kesanakemari, "Wuaah!". Terus minder. Terus down. Terus males. Teruuss gitu terus. Capekdeh.

Nyatanya, mereka-mereka itu, orang lain ituu, punya usaha sendirisendiri biar bisa ini, bisa itu, kesana kemari. Lha mbok kiro mereka sing femesfemes kae instan iso terkenal?:( oraa.

Udah banyak cerita-cerita yang bisa diambil hikmahnya, dan nggak cuma di dongeng aja ternyata, bener kalau segala sesuatu yang "Wuahh" itu tadi diawali dengan perjuangan.

Lha nek aku pengene sukses, tapi mau lulus aja ditunda-tunda? Haaa.. don't expect too much.

Leren yo leren tapi tetep mlaku alon alon (Istirahat ya istirahat, tapi tetaplah berjalan walau perlahan).

Percaya kalau semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa itu benar. Dan memang harus percaya itu. Tapi yaa.. jangan tanpa usaha.

Jadi ingat, lalau kata mbak mentor waktu awal kuliah dulu kami diajarkan yang namanya Mastatho'tum. Berjuang dulu sampai benar-benar ga mampu (yaa istilahnya berjuang sampai titik darah penghabisan), baru setelah itu serahkan semua ke Allah. Tawakkal. Jangan tanpa usaha, modalnya hanya "YaAllaah aku percaya padamu atas segala ketetapanmu." Iyaaa itu wajib buat kita, percayaaa. Tapi jadi kurang tepat kalau percaya aja terus sekarang leyeh-leyeh tok. Ibarat doa tanpa usaha, atau usaha tanpa doa. Nggak komplit. Harusnya usaha diiringi doa, doa diiringi usaha. Kan emang gitu, harus beriringan biar komplit. Saling melengkapi. Besok kalau udah saatnya pun saya juga bakal beriringan. Ada yang mengiringi. Lah? Iyaa maksudnya...

Yah. Sudahlah. Ini sedikit dialog saya dengan diri sendiri. Monolog dong? Ya itulah apalah itulah. Yhaaa..

Semoga diri ini senantiasa ingat dan paham bahwa meski semua sudah diatur tapi wajibnya kita sebagai manusia adalah berusaha yang terbaik. Sekuat semampu kita masing-masing.

Semoga Allaah selalu mudahkan jalan kita dalam berbuat dan menuju kebaikan. Aamiin.