“Ada yang sedih hatinya, tapi tidak tahu kenapa. Menangis: sederhana inginnya. Tapi, kelihatannya dengan begitu akan terasa lega.”
Sudah
beberapa hari ini hati rasanya kurang baik. Rasa-rasanya sudah lama air mata
ini saya tahan biar nggak tumpah. Sampai sekarang saya tulis ini, air mata ini
masih menggantung. Tapi hati terus meraung.
Saya
tahu, ini pengaruh tamu bulanan yang sedang berkunjung. Bersamaan dengan
kejadian-kejadian yang berhasil membuat emosi saya naik-turun, –beberapa hari
ini. Sedih, kemudian senang. Nggak lama kemudian sedih lagi, sampai sekarang. Saya
nggak tahu kenapa, rasanya seperti semua orang pergi meningggalkan.
Saya
tahu ini hanya perasaan saya sesaat. Paling sebentar lagi juga kembali riang. Tapi
kemudian saya ragu. Saya mulai kembali merasa berat –meskipun ada orang lain
yang merasakan bebannya lebih berat.
Disaat
seperti ini rasanya saya ingin marah, “Kenapa sih begini? Kenapa harus sekarang?
Kenapa pas saya butuh…? Kenapa dan kenapa…”, semua saja ditanyakan. Semua saja
disalahkan. Saya benar-benar ingin menangis. Dan tumpahlah air mata ini
sekarang.
Saya
tahu ini berat buat saya. Dan saya nggak mau bilang tentang beban orang lain
ada yang lebih berat, karena rasanya sesekali bolehlah saya mengeluh. Pengen
sekali rasanya saya pulang, peluk Ibu saya, lalu bilang, “Terima kasih, Bu,
untuk doa-doa yang selama ini selalu menguatkan. Tapi boleh kan, sesekali saya
menangis?”
Saya
sedang rapuh, Bu. Rasanya hanya ingin pulang. Tapi sebenarnya tidak juga. Saya
nggak tahu. Saya lebih ingin menangis. Sampai tersedu, sambil mengadu. Ya
Allaah... Berat rupanya. Tapi nggak apa. Saya percaya ini bakal terlalui. Ini bakal
dirindu. Tapi nanti, kalau semuanya berhasil saya selesaikan. inshaAllaah.
0 komentar:
Posting Komentar