Jumat, 17 Juli 2020

Benang Kusut: Stressor

Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi dalam hidup saya selama beberapa bulan belakangan. Saya merasa bahwa motto "life is about choice" adalah benar adanya. Setiap hari, bahkan setiap jam atau menit pun, kita memilih. Mulai dari hal kecil, hingga hal besar. Mulai dari hal sederhana hingga hal yang rumit. Kita selalu dihadapkan dengan pilihan -yang tentu saja berujung pada keputusan. Contoh sederhana aja nih, kita denger alarm dari telepon genggam setiap pagi, pilihannya adalah matikan kemudian bangun atau matikan sesaat dan tidur lagi. Dan saat mulai terganggu dengan bunyi alarm itu, kamu bakal secara otomatis buat keputusan diantara 2 pilihan yang ada. Matikan, atau matikan sesaat. Sesederhana itu, sih. Tapi ada orang bilang bahwa, sesederhana apapun hal yang kamu lakukan, boleh jadi membawa pengaruh besar di kehidupanmu kemudian. As simple as kamu matiin alarm pagi yang udah disetel pada waktu tertentu kemudian bangun, kamu bisa segera melakukan sesuatu untuk mengubah dunia, atau sebaliknya. Edann!
Sesederhana apapun hal yang kamu lakukan, boleh jadi membawa pengaruh besar di kehidupanmu kemudian.
Ok, but honestly this is not what I'm going to tell you.

Balik lagi ke bahasan hal-hal tak terduga dalam beberapa bulan belakangan. Saya melihat bahwa ada banyak hal yang satu per satu membentuk pikiran-pikiran dan memicu analisis-analisis (yang seringnya tidak penting) di dalam otak saya. Misal, pemikiran orang-orang di sekitar. Seiring berjalannya waktu, saya menemui pemikiran/sudut pandang orang yang beragam. Terkait apapun. (Ya jelas lah ya, namanya juga berhubungan dengan orang banyak ya khaan). Awalnya saya merasa senang karena ini melatih saya untuk menerima berbagai pandangan dan membuka pikiran. Menjadikan saya orang yang open minded. Tapi pada kenyataannya tidak semudah itu untuk menerima pendapat/masukan dari orang lain. Mungkin karena secara alamiah kita merasa "lebih benar" dan akan merasa apa yang kita lakukan adalah "lebih baik" dibandingkan orang lain, kali ya? Atau lebih sederhananya, kita punya idealitas masing-masing.

Maka tak jarang muncul konflik, baik langsung maupun tidak langsung. Maksud saya konflik langsung adalah, misalnya nih, dari perbedaan sudut pandang itu tadi terjadi perdebatan kecil. Istilahnya ya, gontok-gontokan. Terus baper, curcol yang isinya ngomel ini itu nggak bener, menyalahkan diri sendiri, ngrasani, ngeluh, ngelih, ngamuk. Hashhhhh, wuakeh rek. Buat saya yang cenderung menjadi "pemirsa" dan cenderung "menghindari konflik" ini, pada akhirnya perdebatan-perdebatan kecil yang terjadi di sekitar akan menumpuk dalam pikiran dan lambat laun menjadi stressor.

(bersambung...)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar